Drs. Arham Selo Soroti Pentingnya Menghindari Komunikasi Euforia: “Kendalikan Emosi, Ganti dengan Syukur”


Makassar – Dalam era yang serba cepat dan penuh dinamika seperti sekarang, kemampuan mengelola komunikasi menjadi sangat penting. Terlebih ketika kita menghadapi momen kebahagiaan yang intens, di mana seringkali emosi dan ekspresi berlebihan tanpa kontrol dapat memicu kesalahpahaman. Drs. Arham Selo, S.Sos, M.Si, Ph.D, seorang pakar komunikasi dan akademisi terkemuka, memberikan pemaparan mendalam tentang fenomena komunikasi euforia dan bagaimana cara mengelolanya dengan bijak.


Pada sesi pemaparan materi yang digelar di salah satu kampus terkemuka di Makassar, Arham menegaskan bahwa komunikasi euforia merupakan tantangan nyata dalam interaksi sosial masa kini. “Euforia sendiri secara harfiah berarti perasaan sangat gembira atau nyaman yang berlebihan. Jika tidak dikelola, kebahagiaan ini bisa berubah menjadi bumerang dalam komunikasi kita,” ujarnya dengan tegas.

Lebih jauh, Arham menjelaskan bahwa manusia memang secara alami mengalami berbagai spektrum emosi. Dari kesedihan, kemarahan, hingga kebahagiaan yang luar biasa. Namun, ia mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam mengekspresikan emosi, terutama kebahagiaan. “Saat kita terlalu berlebihan dalam menunjukkan kegembiraan, hal ini bisa membuat orang lain merasa kurang nyaman atau bahkan tersinggung, walaupun tanpa disengaja,” tambahnya.

Dalam paparannya, Arham memaparkan contoh nyata dari komunikasi euforia, seperti saat seseorang memamerkan keberhasilan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan atau perasaan orang lain di sekitarnya. “Ini yang sering terjadi di media sosial, di mana seseorang bisa terjebak dalam ‘pesta euforia’ digital yang justru menimbulkan kecemburuan atau rasa tidak adil,” ungkapnya.

Sebagai solusi, Arham mengajak masyarakat untuk mengganti euforia yang berlebihan dengan sikap syukur yang tulus dan penuh kesadaran. Menurutnya, syukur bukan sekadar rasa senang, melainkan juga pengendalian diri dan penghargaan atas segala pemberian, termasuk keberhasilan dan kebahagiaan.

“Syukur menempatkan kita pada posisi yang lebih bijak. Kita sadar bahwa semua pencapaian dan kebahagiaan adalah anugerah dari Allah SWT, bukan semata hasil usaha sendiri. Ini menghindarkan kita dari sikap sombong dan membuat komunikasi menjadi lebih harmonis,” jelas Arham.

Dalam penutupan materinya, Arham menyampaikan pesan kuat bahwa pengendalian emosi dalam komunikasi bukan hanya soal menjaga hubungan sosial, tapi juga memperkuat kualitas spiritual seseorang. “Ketika kita mampu mengelola emosi dengan baik, kita tidak hanya menjadi komunikator yang efektif, tapi juga pribadi yang lebih matang dan bersyukur,” tutupnya.

Pemaparan ini menjadi pengingat penting bagi kita semua bahwa dalam berkomunikasi, terutama di zaman digital yang penuh distraksi, kontrol emosi adalah kunci agar pesan tersampaikan dengan tepat, beradab, dan penuh makna.

Penulis : Magfirah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sydney Australia: Tuntas Sudah Dua Puluh Tahun Mengemban Harapan Ayah Mertuaku, alm. H. Abdul Kadir Yanggi, S.Ag.

Biografi Idhan Galib (Kepala Sekolah MtsN Negeri Pinrang)

Biografi Saefullah Nur Muhammad, S.E.