In Memoria Bersama Nenek
“CINTA
DAN KEHANGATAN YANG TERUS HIDUP”
Hari itu hujan turun deras di luar, seolah langit turut menangisi kehilangan yang kami rasakan. Aku duduk di depan foto nenek yang terpasang di meja ruang tamu, di samping lilin yang menyala lembut. Semua kenangan tentangnya datang begitu saja, memenuhi setiap sudut pikiranku.
Nenek adalah sosok yang tak bisa tergantikan. Setiap pagi, aku selalu disambut oleh senyumnya yang hangat. Rumahnya yang kecil selalu terasa penuh dengan kasih sayang. Dia mengajari aku banyak hal. Tapi lebih dari itu, dia mengajarkan aku tentang hidup, tentang bagaimana merawat orang-orang yang kita sayangi dengan tulus, tentang kebahagiaan yang bisa datang dari hal-hal kecil.
Aku ingat, setiap kali ada liburan sekolah, aku selalu menghabiskan waktu berhari-hari di rumah nenek. Kami berjalan berdua ke pasar tradisional, memilih buah-buahan segar, atau hanya duduk bersama di bawah pohon mangga, berbincang tentang banyak hal. Nenek bercerita tentang masa kecilnya, tentang perjuangan hidup, dan tentang keindahan sederhana yang sering terlupakan oleh banyak orang.
Tapi sekarang, rumah nenek sepi. Tidak ada lagi suara tawa dan cerita hangat yang biasa kami bagikan. Aku merasa kehilangan, tapi aku tahu bahwa nenek tetap ada di dalam diriku. Setiap pelajaran yang dia berikan, setiap kata-kata bijaknya, akan terus hidup. Nenek mengajarkanku untuk tidak pernah berhenti mencintai, meski ada banyak hal yang tak bisa kita kendalikan dalam hidup ini.
Aku melangkah ke teras kecil yang penuh tanaman dan dulu selalu nenek rawat. Di sana, bunga-bunga yang dia tanam mulai bermekaran, seolah mengingatkanku bahwa cinta nenek tak pernah benar-benar hilang. Meski tubuhnya kini telah tiada, kenangan dan ajaran nenek akan terus hidup dalam setiap langkahku. Dan aku percaya, di mana pun nenek berada, dia selalu ada dalam hatiku.
In memoria, untuk nenek yang selalu ada, meski
sudah tak lagi tampak oleh mata.
Penulis : Sri Magfirah
Komentar
Posting Komentar