Mengenal Sosok Imel di Masa Lalu

 


Perkenalkan namaku Nurul Tri Amelia atau akrab disapa Imel, lahir di Bulukumba pada 3 Maret 2003. Anak yang lahir dari pasangan suami istri Pasri Muis dan Nurhana ini merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yang kesemuanya adalah perempuan.

Asal daerahku dari Bulukumba Butta Panrita Lopi, kota yang terkenal dengan destinasi wisata pantainya yang begitu indah, kota yang kental dengan adat istiadatnya serta memiliki begitu banyak sejarah yang sangat menarik.

Kedua orangtuaku berprofesi sebagai guru oleh karena itu mereka memahami bagaimana sifat dan karakter setiap anaknya sehingga harus berhati-hati dalam mendidik ke empat putrinya. Aku di didik dari keluarga yang semuanya adalah tenaga pendidik mulai dari kakek, ayah, ibu, om dan tante.

Saat memasuki masa kanak-kanak, Imel aktif mengikuti lomba mewarnai gambar, walaupun belum bisa membawa tropi pulang, tapi ia senang bisa mengikuti kegiatan mewarnai gambar tersebut. Senangnya pasti karena setiap selesai perlombaan ia bisa berbelanja enak.

Kemudian ia pernah mengikuti lomba hula hoop yang waktu itu memang lagi sedang trendnya. Saat itu ketika mengikuti ajang perlombaan hula hoop memperingati hari jadi Kabupaten Bulukumba , Imel memenangkan juara 3 lomba tersebut. Kemudian juga pernah mengikuti lomba hula hoop di kampung halamannya dan meraih juara pertama.

Memasuki masa SD (sekolah dasar), Imel bersekolah di SD Negeri 32 Barabba. Saat itu, ia banyak mengikuti kegiatan dan lomba mulai dari lomba OSN (Olimpiade Sains Nasional) selama 2 tahun berturut-turut, mengikuti lomba  tilawah dan lomba kepramukaan lainnya. Walaupun tidak mendapatkan piala, setidaknya sudah banyak mendapatkan pengalaman. Pada lomba O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) ia pernah meraih juara 2 lomba karate.

Semasa SD Imel juga pernah mengikuti lomba baca puisi, mewarnai gambar dan dance pada porseni sekolahnya dan mendapatkan juara pada saat itu. Ia juga termasuk siswi berprestasi karena sejak duduk di bangku kelas 1 sampai 6 SD ia selalu mendapatkan peringkat 1. Oleh karena itu guru-guru selalu mempercayakannya untuk mengikuti lomba.

Setelah 6 tahun menempuh pendidikan sekolah dasarnya ia kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Bulukumba, yang pada saat itu lokasinya tidak jauh dari rumah nenek dan tempatnya hersekolah SD. Kedua orangtuanya sengaja menyekolahkan Imel di sekitar rumah neneknya, agar ketika pulang sekolah ibu dan ayahnya tidak perlu terburu-buru untuk menjemputnya karena ia pasti akan langsung pulang ke rumah sang nenek.

Semasa SMP ia juga termasuk siswi berprestasi dan cukup terkenal dikalangan para guru-guru. Imel pernah meraih juara 3 lomba tahfidz jus 30, ia juga pernah meraih juara 2 lomba karate selama 3 tahun berturut-turut pada kegiatan O2SN se kecamatan. Kemudian juga pernah meraih juara 2 lomba essai tema kebersihan, sehingga menjadikannya Duta Lingkungan Sehat saat menduduki kelas 3 SMP. Pada masa putih biru ia juga pernah di percaya menjabat sebagai ketua osis, sehingga pada saat itu dirinya cukup terkenal dikalangan siswa siswi SMP Negeri 5 Bulukumba.

Semasa SMP dirinya giat mengikuti ekskul Kepramukaan karena menurutnya, berpakaian pramuka dengan uniforum lengkap itu kerennya minta ampun, sehingga ia bergabung dan mengabdi selama masa SMP.  Pramuka di sekolahnya juga merupakan salah satu ekskul yang bergengsi karena dari kegiatan itu banyak piala yang mereka berikan kepada pihak sekolah, bisa di bilang pramuka adalah sumbangan penghargaan terbanyak untuk sekolah.

Dengan berkegiatan di bidang pramuka menurutnya membuka relasi semakin luas, dimana pada saat itu ia dipercaya untuk membawakan materi-materi seputar kepramukaan baik di SMP maupun di SD. Sehingga itu salah satu pengalaman menarik di usianya yang remaja.

Menjelang masa-masa akhir Sekolah Menengah Pertama, disaat pengumuman kelulusan, Imel sangat bersyukur ketika Kepala Sekolah menyebutkan namanya sebagai siswa yang meraih nilai tertinggi pada angkatannya. Bahagianya bahkan tidak main-main. Tapi ada beban berat tersendiri untuk menerima predikat tersebut.

Memasuki masa putih abu-abu, masa dimana dirinya akan beranjak dewasa. Saat itu Imel berusaha keras untuk bisa bersekolah di sekolah bergengsi di kabupaten Bulukumba. Dimana waktu itu berlakunya sistem domisili (jarak rumah ke sekolah) sangat sulit untuk bisa lulus,, bayangkan saja diantara 150an siswa dari Sekolahnya yang mendaftar, hanya Imel dan sahabatnya yang lulus untuk bisa bersekolah di SMA Negeri 8 Bulukumba. Dimasa SMA, tidak banyak prestasi yang bisa ia raih, karena ketatnya persaingan di antara siswa-siswa lain. Sehingga pada saat itu dirinya hanya berkegiatan dan mengikuti ekskul Seni.

Di ekskul seni ia memasuki bidang tari dan saat itu dirinya selalu tampil di acara-acara penting yang ada di sekolahnya, Imel juga biasanya tampil pada acara-acara luar sekolah seperti acara pernikahan dan kegiatan event-event lainnya. Disamping bidang seni tari, ia juga bergabung pada seni musik (paduan suara). Dimana setiap acara pengukuhan dan hari Kemerdekaan Indonesia di kabupaten Bulukumba kami di undang untuk menjadi bagian dari paduan suara serta menjadi salah satu bagian dari pengisi kegiatan.

Hingga saat itu tiba-tiba saja covid-19 menyerang seluruh dunia, sehingga di akhir  masa putih abu-abu, hanya ia lalui dengan bertatapan langsung melalui hp dan laptop tanpa ada interaksi dengan teman-temanku.

Lembaran baru pun kian terbuka, dirinya harus menempuh pendidikan di tingkat yang lebih tinggi. Kini Imel lulus dan menjadi mahasiswa di Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar Jurusan Jurnalistik.

Berat rasanya harus meninggalkan kedua orangtua dan jauh dari kampung halaman. Tapi semua itu berusaha ia jalani walaupun banyak hal baru yang harus mulai dirinya lakukan sendiri. Mulai dari mencuci baju sendiri, memasak makanan sendiri, bahkan untuk mencari barang-barang yang tidak bisa ia temukan kini tidak bisa mengandalkan bantuan ibu lagi. Berat rasanya melalui setiap hari itu sendirian.

Tak terasa sudah hampir 3 tahun dirinya diperantauan menempuh pendidikan, banyak pengalaman menarik yang ia dapatkan selama berkuliah di UIN Alauddin Makassar, mulai dari menulis berita,  meliput berita, kunjungan media, hingga pengalaman-pengalaman seru lainnya. Baru-baru ini Imel juga mendapatkan hadiah dari salah satu dosen kesukaannya yaitu pak Iftitah Jafar, beliau memberikan apresiasi kepadanya karena mendapatkan nilai tertinggi pada mata kuliah yang di ampuhnya. Bahagia rasanya mendapatkan apresiasi dari salah satu dosen terpandang di UIN Alauddin Makassar, hadiah tersebut juga menjadi semangat yang mendorong dirinyqla pribadi untuk terus belajar dengan giat.

Imel berharap semoga segala impiannya mendatang dapat membuahkan hasil dan membuat orang-orang sekitarnya bangga. Terutama untuk kedua orangtua, banyak doa yang selalu ia panjatkan, semoga mereka dapat melihat karir kesuksesan anak perempuannya. Ia berharap kerutan di wajahnya tidak lekang termakan usia, yang terpenting senyum diwajahnya akan selalu terukir melihat garis takdir anaknya yang telah ditentukan oleh sang pencipta.

Penulis : Nurul Tri Amelia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sydney Australia: Tuntas Sudah Dua Puluh Tahun Mengemban Harapan Ayah Mertuaku, alm. H. Abdul Kadir Yanggi, S.Ag.

Biografi Idhan Galib (Kepala Sekolah MtsN Negeri Pinrang)

Biografi Saefullah Nur Muhammad, S.E.